Skema Kompleks Bentuk Rumah Jawa dan Bagian-Bagiannya

 

  1. Regol

Regol adalah pintu masuk atau gerbang. Letaknya tentu saja di bagian paling depan. Bagi orang yang berpunya regol ini diberi pintu dan disertai bangunan sederhana disamping kiri dan kanan. Bangunan tersebut bisa dipakai menginap tamu umum, misalnya orang tak dikenal yang kemalaman atau orang lewat yang ingin menumpang istirahat. Di desa jarang rumah penduduk yang mempunyai regol. Umumnya regol hanya dimiliki oleh pejabat setingkat bekel ke atas.

  1. Rana

Terletak di belakang regol

  1. Sumur

Merupakan kelengkapan bangunan utama yang digunakan untuk mencuci dan berwudlu. Posisi sumur terletak di depan bangunan utama, berorientasi ke halaman tengah. Sumur terletak di ruang terbuka, berupa sumur bong berdinding batu bata setinggi 90 cm (setinggi pinggang orang dewasa). Sekeliling sumur diperkeras dengan batu lempeng andesit atau plesteran untuk kegiatan mencuci. Untuk menutup pandangan dari halaman sumur berpagar dinding setinggi sekitar 150 cm (setinggi leher orang dewasa).

  1. Langgar

Langgar adalah tempat shalat. Letaknya di muka rumah sebelah kanan, dekat dengan sumur depan dan pekiwan. Langgar ini umumnya berupa rumah panggung kecil ukuran 4×4 m. Fungsi langgar memang bukan untuk menggantikan masjid, melainkan hanya untuk beribadah dan berdoa, misalnya untuk shalat malam, berkhalwat dengan Allah.

  1. Kuncung

adalah bangunan terdepan dari rumah tradisional jawa. Lantai kuncung lebih rendah dari lantai Pendhapa berfungsi sebagai tempat pemberhentian kendaraan tamu atau pemilik rumah, sedangkan lantai kuncung yang sebidang dengan lantai pendhapa berfungsi sebagai tmepat bersantai pemilik rumah dan tamu, serta berfungsi sebagai tempat pertunjukan yang dapat dinikmati masyarakat yang hadir di halaman rumah.

  1. Gedhogan (kandang kuda)

adalah kandang kuda dengan konstruksi kayu, beratap dan berlantai kayu yang tidak sebidang dengan muka tanah (panggung). kuda bagi pemiliknya merupakan binatang gegedhug (binatang yang diandalkan oleh pemiliknya) karena sifatnya yang multifungsi, sehingga dari kata gegedhug ini kandang kuda disebut dengan gedhongan. Adapula yang berpendapat bahwa kata gedhongan ini diambil dari suara yang ditimbulkan beradunya tracak (kuku kaki kuda) dengan lantai gedhongan yang berupa papan.

  1. Pendhapa

adalah bangunan terbuka, terletak dibelakang kuncung dan serambi depan yang berfungsi sebagai tempat ruang tamu atau tempat penyelenggaraan upacara adat sehingga merupakan ruang publik yang bersifat provan. pendhapa berasal dari kata dasar pa-andhap-an. Andhap berarti rendhah dari lantai Dalem Ageng. bentuk dan arsitektur mencerminkan status sosial pemilik rumah. pendhapa berbentuk joglo dengan tumpang sari banyak dan disertai ragam hiasan, maka pemilik rumah merupakan orang dengan status sosial yang tinggi. sedangkan bagi orang kebanyakan bentuk pendhapa basanya limasan.

  1. Longkangan

adalah sebuah jalan yang memisahkan antara pendhapa dan pringgitan. longkangan berfungsi sebagai tempat pemberhentian kendaraan bagi pemilik rumah atau keluarga, yang disebut juga  dengan paretan, berarti tempat pemberhentian kereta. dalam perkembanganyya halaman terbuka antara gandhok dengan dalem ageng juga disebut longkangan, namun tidak berfungsi sebagai tempat pemberhentian kendaraan.

  1. Seketheng

Yakni dinding pembatas yang terbuat dari batu bata dan mempunyai 2 buah gerbang kecil. Fungsi dari bangunan ini untuk menghubungkan antara halaman luar sama halaman dalam rumah.

  1. Pringgitan

adalah ruangan diantara pendhapa dan dalem ageng yang berfungsi sebagai tempat pementasan wayang kulit. pringgitan berasal dari kata rinngit yang berarti wayang. karena letak pringgitan berada diantara pendhapa yang bersifat profan dan dalem ageng yang bersifat sakral/privat, maka pringgitan bersifat semi publik atau semi privat. pertunjukan wayang kulit dapat dinikmati dari pendhapa bagi tamu dan masyarakat umum, sedang bagi keluwarga dan saudara menikmati pertunjukan dari Dalem Ageng atau belakang kelir/layar

  1. Dalem

Dalem menurut bahasa berarti “saya”, tapi rumah juga sering disebut dengan kata dalem. Penyamaan ini mengandung pengertian bahwa rumah adalah identitas kedua dari seseorang. Setiap kita berkenalan dengan seseorang setelah menanyakan namanya pasti kita bertanya, “Rumahnya di mana?” Dan setelah kita melihat rumah yang bersangkutan kita sudah bisa menyimpulkan tentang orang itu.

Namun kata “dalem” yang dimaksud di sini adalah bagian rumah yang dipakai sebagai tempat untuk aktivitas rumah tangga yang sifatnya pribadi seperti tidur, makan, bercengkerama dengan keluarga dan beristirahat. Letak dalem dalam susunan rumah tradisional berada di belakang pendhapa. Jika kebetulan ada pringgitan maka letak dalem berada di belakang pringgitan.

Dalem biasanya memakai dinding dari gebyok atau dinding batu-bata. Atap rumah biasanya berbentuk kampung, meski tidak selalu begitu. Adakalanya berbentuk joglo yang diberi dinding gebyok. Di dalam dalem sendiri ada beberapa sekat sebagai pemisah antar ruangan. Sekat pemisah ini juga mirip gebyok dan dinamakan patangaring. Kamar-kamar yang disekat tersebut disebut senthong. Fungsi senthong selain sebagai kamar tidur juga sebagai tempat menyimpang harta berharga seperti perhiasan dan uang.

Di dalam dalem ini juga ada ruang besar sebagai tempat untuk mengobrol. Adakalanya dipakai untuk menerima tamu wanita. Misalnya sang empunya rumah kedatangan tamu suami istri maka suami diterima di pendhapa dan istrinya diajak oleh nyonya rumah untuk bercengkerama di dalem ini.  Hal itu karena para istri tempo dulu tidak terlibat dalam urusan kaum lelaki sehingga mereka perlu bercakap-cakap secara terpisah.

Bagi orang pedesaan yang tidak mampu membuat pendhapa, dalem ini diberi perpanjangan atap di depan membentuk emper. Fungsinya mirip dengan pendhapa, sebagai area publik dan sebagai tempat santai. Di emper biasa ditaruh satu set kursi sederhana untuk duduk-duduk.

  1. Senthong kiwa

Senthong Kiwo ialah kamar yang letaknya pada bagian kiri Omah Ndalem, persis dengan namanya “KIWO” dalam bahasa yang berarti kiri. Posisinya pun sangat dekat dengan dapur.

Pada umumnya senthong kiwo dimanfaatkan sebagai gudang bahan pokok rumah tangga seperti beras dan bumbu dapur ataupun hasil tani lainnya. Sekaligus menjadi tempat penyimpanan alat-alat perlengkapan tani.

  1. Senthong tengah (petanen)

adalah kamar berjumlah tiga buah di dalem ageng tepatnya dibawah atap pananggap. senthong tengah berada diantara dua saka guru sisi belakang dalem ageng yang mempunyai kedudukan khusus dan paling di sakralkan. bagi masyarakat pedesaan, ruangan ini khusus bagi dewi sri/dewi kesuburan dan kebahagiaan rumah tangga. saat musim panen padi, seuntai padi yang dipotong pertama kali dibalut kain batik dan ditempatkan di senthong tengah sebagai persembahan kepada dewi sri sehingga senthong tengah disebut Pasren yang berarti tempat untuk dewi Sri.

  1. Senthong tengen

merupakan senthong (kamar) yang berada di sebelah kanan senthong tengah. senthong tengen ini berfungsi sebagai tempat tidur bagi bapak ibu kepala rumah tangga atau pemilik rumah.

  1. Gandhok

adalah bangunan memanjang, terletak di sebelah kanan dan kiri dalem ageng yang dipisahkan dengan halaman terbuka.  untuk menghubungkan halaman tersebut dengan halaman rumah bagian luar dibuat dinding pasangan bata berpintu yang disebut deketheng. bentuk atap gandhok pada umumnya kampung atau limasan dengan variannya. fungsi gandhok sebagai ruang tinggal keluarga/kerabat, serta menginap tamu. gandhok tengen berfungsi sebagai ruang tidur wanita, sedang gandhok kiwa berfungsi sebagai ruang tidur pria.

  1. Gadri

merupakan ruangan dibelakang dalem ageng menghadap kebelakang atau kearah pawon. karena atap gadri ini menyatu dengan atap dalem ageng dan merupakan susunan atap ketiga setelah Brunjung, dan penanggap yang disebut emper, maka gadri ini juga disebut emper mburi ( emper belakang). sisi depan gadri tidak berdinding dan tidak berpintu. fungsi gadri untuk tempat bersantai bagi keluarga sekaligus sebagai ruang makan letaknya dekat dengan pawon (dapur).

  1. Pawon

pawon atau dapur letaknya ada di dibelakang dalem ageng berhadapan dengan gadri yang dipisahkan dengan halaman terbuka. pawon berasal dari kata dasar awu (abu) karena zaman dulu memasak menggunakan bahan bakar kayu,apabila kayu habis terbakar menyisakan abu (abu). selain untuk memasak pawon juga untuk menyimpan peralatan dapur bahkan kadang juga untuk menyimpan bahan dasar makanan.

  1. Pekiwan

adalah kamar mandi dan toilet, letaknya dibuat terpisah dengan bangunan induk yaitu disebelah kiri dapur.  kata dasar pekiwan adalah kiwa yang berarti kiwa. pada zaman dulu kamar mandi dan toilet dianggap tempat kotor dan berbau, sehingga harus dijauhkan dari bangunan induk. didalam pekiwan ini juga terdapat  sumur sebagai sumber air untuk mandi,cuci, dan masak.

  1. Halaman luar
  2. Halaman dalam

 

Sumber  :

http://pendopoonline.blogspot.com/2013/04/rumah-tradisional-jawa.html

Ir. yuwono sri suwito, M.M.

Rumah Tradisional (3): Tata letak dan Tata Ruang Rumah Pedesaan Jawa